LAPORAN
SEMENTARA PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
SEDIAAN STERIL
INJEKSI
AMINOPHYLLIN 2,4%
![](file:///C:/Users/ENNYYU~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.gif)
Disusun
Oleh :
Nama
Mahasiswa
|
:
Yuli Nur Aini
|
NIM
|
:
12.0243
|
Hari,Tanggal
Praktikum
|
:
Rabu,
|
Dosen
Pembimbing
|
:
|
LABORATORIUM
TEKNOLOGI FARMASI
AKADEMI
FARMASI THERESIANA
SEMARANG
2014
INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%
I.
Tujuan
1. Mahasiswa
mampu memahami tentang sediaan ijeksi
2. Mahasiswa
mampu membuat sediaan injeksi Aminophyllin
3. Mahasiswa
mampu menghitung tonisitas suatu larutan injeksi
4. Mahasiswa
mampu melakukan uji kualitas pada sediaan injeksi yaitu, uji derajat keasaman
(pH), uji kebocoran, uji keberadaan partikel asing, uji kejernihan, dan uji
keseragaman volume
II.
Dasar Teori
Injeksi adalah
sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan,
emulsi, suspensi, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan
lebih dahulu sebelum digunakan. Syarat-syarat obat suntik yaitu, aman, harus jernih, tidak berwarna, sedapat mungkin isohidris, sedapat mungkin isotonis, harus steril, bebas pirogen (Anief, Moh, 2006).
Air yang digunakan untuk injeksi adalah Aqua pro
Injectione. Air untuk injeksi, dibuat dengan menyuling kembali air suling segar
dengan alat gelas netral atau wadah logam yang cocok dengan labu percik. Hasil
sulingan pertama dibuang dan sulingan selanjutnya ditampung dan segera
digunakan harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera ditampung. Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan
mendidihkan air untuk injeksi segar selama 10 menit sambil dicegah hubungan
dengan udara sesempurna mungkin, didinginkan dan segera digunakan. Jika
dimaksudkan sebagai pelarut untuk injeksi, harus disterilkan dengan cara
sterilisasi A, segera setelah diwadahkan (Anief, Moh, 2006).
Wadah obat
suntik, termasuk tutupnya harus tidak berinteraksi dengan sediaan, baik secara
fisik maupun kimia sehingga akan mengubah kekuatan dan efektivitasnya. Bila
wadah dibuat dari gelas, maka gelas harus jernih dan tidak berwarna atau
kekuningan, untuk memungkinkan memeriksa isinya. Jenis gelas yang susai dan
dipilih untuk tiaqap sediaan parenteral biasanya dinyatakan dalam masing-masing
monograf. Obat suntik ditempatkan di dlam wadah dosis tunggal atau wadah dosis
berganda. Menurut definisi wadah dosis tunggal (Ansel, 1989).
III. Alat
dan Bahan
Alat :
1.
Autoklaf
2.
Glassware
3.
Beaker glass
4.
Gelas ukur
5.
Batang pengaduk
6.
Timbangan
7.
Kertas saring
8.
Corong kaca
9.
Ampul
10.
Api bunsen/lampu spiritus
11.
Crussentang
12.
Spuit
|
Bahan :
1.
Theophyllin
2.
Etilendiamin
3.
Aqua pro injection
4.
Karbo adsorben 0,1%
|
IV. Pemerian
1. Aminophyllin
Injectio (Depkes RI, 1979)
Pemerian
|
:
|
Injeksi
aminofilin adalah larutan steril aminofilin dalam air atau larutan steril
teofilin dalam air untuk injeksi yang dibuat dengan penambahan etilendiamin.
Tiap ml mengandung aminofilin setara dengan tidak kurang dari 93,0 % dan
tidak lebih dari 107,9 % teofilin anhidrat , C7H8O6 dari jumlah yang tertera
pada etiket. Injeksi aminofilin boleh mengandung etilendiamine berlebih,
tidak boleh itambah zat lain untuk pengaturan pH
|
Kelarutan
|
:
|
-
|
Kegunaan
|
:
|
Antiasma
dan bronchodilator
|
Wadah
|
:
|
Dalam
wadah dosis tunggal bebas karbon
dioksida,dari kaca tipe 1, terlindung dari cahaya
|
2. Etilendiamin
(Depkes RI, 1979)
Pemerian
|
:
|
Cairan
jernih tidak berwarna atau agak kuning, bau seoerti amoniak, bereaksi alkali
kuat
|
Kelarutan
|
:
|
Dapat
bercampur dengan air dan dengan etanol
|
Kegunaan
|
:
|
Pelarut,
pembentuk garam aminofilin
|
Wadah
|
:
|
Dalam
wadah tertutup rapat
|
3. Theophyllin
(Depkes RI, 1979)
Pemerian
|
:
|
Serbuk
hablur putih tidak berbau rasa pahit, stabil diudara
|
Kelarutan
|
:
|
Sukar
larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air panas, mudah larut dalam
larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium hiroksida, agak sukar larut
dalam etanol, dalam kloroform dan eter
|
Kegunaan
|
:
|
Antiasma
|
Wadah
|
:
|
Dalam
adah tertutup baik
|
4. Aqua
steril pro injection (Depkes RI, 1979)
Pemerian
|
:
|
Cairan
, jernih, tidak berwarna, tidak berbau
|
Kelarutan
|
:
|
-
|
Kegunaan
|
:
|
Cairan
pembawa
|
Wadah
|
:
|
Dalam
wadah dosis tunggal , dari kaca atau plastik, tidak lebih besar dari 1 liter.
Wadah kaca sebaiknya dari kaca dari tipe I atau tipe II
|
5. Karbo
adsorben / Arang jerap (Depkes RI, 1979)
Pemerian
|
:
|
Serbuk
halus, bebas dari butiran, hitam, tidak
berbau, tidak berasa
|
Kelarutan
|
:
|
Praktis
tidak larut dalam air dan dalam etanol
|
Kegunaan
|
:
|
Penyerap
racun / kotoran
|
Wadah
|
:
|
Dalam
wadah tertutup baik
|
6. NaCl
/ Natrium Klorida (Depkes RI, 1979)
Pemerian
|
:
|
Hablur
bentuk kubus, tidak berwana atau serbuk hablur putih rasa asin.
|
Kelarutan
|
:
|
Mudah
larut dalam air,sedikit mudah larut dalam air mendidih,larut didalam
gliserin, sukar larut dalam etanol.
|
Kegunaan
|
:
|
Larutan
pengisotonis
|
Wadah
|
:
|
Dalam
wadah tertutup baik
|
V.
Formula
Aminophyllin
Injeksi 2,4%
R/ Theophyllin 2,4
Etilendiamin 0,5
Aqua p.i ad 100 ml
VI. Perhitungan
Bahan
1 kelompok 100 ampul (4 orang),
maka 2 ml/ampul x 100 ampul = 200 ml larutan yang akan dibuat.
b2 = 0,576 ; b1 =
0,098
Bobot Aminophylin = 2,4 g + 0,5 g = 2,9 g
![](file:///C:/Users/ENNYYU~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
Perhitungan tonisitas Aminophyllin
![](file:///C:/Users/ENNYYU~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif)
![](file:///C:/Users/ENNYYU~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
![](file:///C:/Users/ENNYYU~1/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.gif)
Jumlah Bahan :
Overmat
10 %
|
=
200 ml + 20 ml = 220 ml
|
Theophyllin
|
=
![]() |
Etilendiamin
|
=
![]() |
NaCl
|
=
![]() |
Carbo
adsorben
|
=
![]() |
Aqua
p.i
|
=
add 220 ml
|
VII. Cara
Kerja dan Pengujian
a. Cara
Kerja
Dihitung
tonisitas larutan dari formula tersebut
|
↓
|
Dibuat
aqua pro injection harus bebas CO2
|
↓
|
Ditimbang
Theophyllin 5,28 g kemudian dilarutkan Theopilin dengan sebagian aqua bebas
CO2
|
↓
|
Ditimbang
Etilendiamin 1,1 g kemudian dilarutkan Etilendiamin dalam sebagian aquadest
|
↓
|
Diteteskan
larutan Etilendiamin pada larutan Theopilin tetes demi tetes hingga diperoleh
larutan campuran yang jernih dan pH larutan antara 9,5-9,6
|
↓
|
Digojok
larutan dengan Karbo adsorben yang telah diaktifkan selama 5-10 menit,
diamkan lalu saring dengan kertas saring hingga jernih
|
↓
|
Dimasukkan
larutan dalam ampul sesuai volume lalu tutup dengan pengelasan
|
↓
|
Disterilkan
sediaan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 20 menit
|
↓
|
Setelah
dingin lakukan pengujian dan beri etiket
|
b. Cara
Pengujian
1. Uji
pH larutan
Ambil 5 ml larutan aminophyllin
|
↓
|
Masukkan
pH indikator ke dalam larutan
|
↓
|
Tulis
hasil pH yang sudah dicocokan
|
2. Uji
kejernihan
Ambil
10 sediaan pada ampul
|
↓
|
Letakkan
di bawah lampu UV yang sudah dinyalakan pada latar hitam dan putih
|
↓
|
Lihat
keberadaan partikel di dalam larutan
|
3. Uji
kebocoran
Ambil
3-5 sediaan pada ampul
|
↓
|
Diletakkan
ampul di dalam zat warna (biru metilen 0,5 %-1 %) dalam ruangan vakum
|
↓
|
Tekanan
atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna berpenetrasi kedalam
lubang
|
↓
|
Dilihat
setelah bagian luar ampul dicuci untuk membersihkan zat warnanya
|
4. Uji
keseragaman volume
Ambil
10 sediaan ampul lalu ambil cairan di dalamnya dengan spuit
|
↓
|
Amati
jumlah cairan yang diambil pada spuit
↓
|
Cara
lain yaitu,
|
Letakkan
ampul pada posisi yang sejajar
↓
|
Ditarik
dengan penggaris untuk melihat kesejajaran secara visual
|
VIII.
Hasil Percobaan
No.
|
Pengujian
|
Nilai
|
1.
|
Uji
pH
|
7
|
2.
|
Uji
Kejenihan
|
Tidak
jernih (terdapat partikel hitam)
|
3.
|
Uji
Kebocoran
|
Tidak
ada yang bocor
|
4.
|
Uji
Keseragaman Volume
|
2
mL
|
IX. Pembahasan
Injeksi
aminophyllin 2,4% digunakan sebagai antiasma. Aminophyllin ini dibuat dalam
bentuk injeksi bertujuan untuk meningkatkan bioavailabilitasnya sebagai antiasma
sehingga berefek cepat jika digunakan secara parenteral dan tepat jika
digunakan pada kasus serangan asma akut yang nantinya aminophyllin ini akan
memberikan efek melebarkan saluran atau bronkodilator. Injeksi ini tidak dibuat
langsung dengan bahan aktif aminophyllin melainkan theofilin dalam air yang
ditambahkan etilendiamin. Pada sumber menyatakan bahwa sifat dari aminophyllin
yang pada udara terbuka menyebabkan ketidakstabilan sehingga jika dibuat
larutan sebagai injeksi aminophyllin akan mengubah bentuknya dan menyebakan
penurunan efek obat padahal syarat dari sediaan injeksi adalah harus stabil.
Oleh karena itu maka, dibuat theofilin dalam air dengan penambahan
etilendiamin. Theofilin akan membentuk garam jika ditambahkan dengan
etilendiamin, garam ini merupakan garam aminophyllin.
Pada
proses pembuatan perlu diperhatikan bahwa produsen atau pembuat sediaan sebagai
sumber kontaminan terbesar harus dalam kondisi steril untuk mengurangi jumlah
mikroba. Jumlah pembuatan harus ditambahkan kurang lebih 10% untuk menghindari
kehilangan hasil karena proses pembuatan. Pengerjaannya diawali dengan
pembuatan larutan isotonis yaitu pembuatan NaCl sebagai senyawa pengisotonis
dilarutakan dalam aqua pro injection.
NaCl dikatakan sebagai senyawa pengisotonis karena memiliki titik beku yang
sama dengan cairan tubuh (mata dan darah) sehingga penambahan NaCl pada larutan
akan mengisotoniskan cairan larutan dengan cairan tubuh. Isotonis yang
dimaksudkan adalah tekanan pada larutan sama dengan cairan tubuh sehingga
keaadaan yang tidak diinginkan seperti hipotonis atau hipertonis tidak terjadi.
Keadaan yang tidak diperbolehkan adalah hipotonis karena larutan memiliki
tekanan yang lebih kecil dibanding cairan tubuh. Sesuai dengan tekanan osmosis,
cairan dengan tekanan rendah akan tertarik/berpindah ke dalam cairan dengan
tekanan tinggi dan menyebabkan sel akan membengkak lalu pecah (hemolisis).
Keadaan hipotonis bersifat irreversible. Sedangkan hipertonis masih
diperbolehkan karena hanya menyebabkan kulit/jaringan mengkerut karena cairan
tubuh akan tertarik keluar dan keadaan ini bersifat reversible. Air untuk
injeksi juga harus ditentukan yaitu air yang bebas CO2 alasannya
untuk menjaga kestabilan sediaan injeksi aminophilin. Jika garam aminophylin
yang nantinya terbentuk ditambahkan air biasa yang memiliki CO2 maka
akan terjadi kerusakan sediaan karena aminofilin tidak stabil dengan adanya CO2.
Selain itu air untuk injeksi yang bebas CO2 digunakan untuk mencegah
adanya gelembung udara dari CO2. Jika gas CO2 masuk dalam
pembuluh darah akan menyebabkan bengkak atau nekrosis (kerusakan jaringan). Air
bebas CO2 dibuat dengan cara memenaskan aquadest selama 15 menit dan
hindarkan air didihan untuk kontak secara sering dan langsung dengan udara
kemudian biarkan air hingga dingin. Langkah selanjutnya yaitu melarutkan
teofilin dengan aqua pro injection kemudian
tambahkan etilendiamin tetes demi tetes hingga larutan jernih dan pH berkisar
9,5-9,6. Tujuan dari penambahan etilendiamin tiap tetes adalah memastikan
terbentuknya garam aminofilin secara perlahan jika etilendiamin ditambahkan
sekaligus, garam aminofilin tidak akan terbentuk sempurna sehingga efeknya juga
akan berkurang. Selain itu etilendiamin juga membantu kelarutan dari teofilin
yang sukar larut dalam air. Larutan tersebut memiliki pH basa karena
etilendiamin bereaksi kuat dan pH 9,5 tersebut menunjukan reaksi bahwa garam
aminofilin terbentuk. Setelah larutan menjadi jernih atau larut ditambahkan
karbo adsorben yang diaktifkan selama 10 menit lalu saring hingga jernih.
Perlakuan selama 10 menit ditujukan untuk menghilangkan H2O sehingga
pori-pori dari parikel karbo adsorben akan terbuka lebar dan menjerat pirogen
(zat dari m.o yang menyebabkan reaksi panas/demam). Pengaktifan yang baik
seharusnya denngan pemanaan tetapi tidak dilakukan karena larutan berisi bahan
aktif yang dapat menguap terutama setelah ditambah etielendiamin yang mudah
menguap. Disamping kemampuannya menjerat pirogen, karboadsorben juga memiliki
kekurangan antaralain, mengurangi kadar zat aktif karena sifat karboadsorben
adalah menyerap jadi zat tidak dipungkiri jika zat aktif ikut terserap,
meskipun disaring beberapa kali partikel karboadsorben masih terlihat sangat
kecil dan kasat mata sedangkan bagi sediaan parenteral partikel sekecil apapun
dapat menyumbat pembuluh darah. Larutan yang sudah jernih dimasukkan pada ampul
tepat 2 mL kemudian ditutup dengan pengelasan. Setelahnya ampul ditata rapi
dalam wadah plastik dan disterilisasi uap basah atau autoklav selama 20 menit
pada suhu 121oC. Pemilihan wadah yaitu wadah yang berasal dari gelas
dan transparan serta wadah dosis tunggal. Maksud dari wadah gelas yaitu gelas
merupakan wadah yang tidak berpori sehingga kontaminan tidak memiliki
kesempatan untuk menembus membran dari kaca dan menghindari cairan merembes
dari wadah (bocor), wadah kaca juga inert atau tidak bereaksi dengan bahan
aktif, wadah kaca juga mampu melindungi bahan dari temperature tinggi atau kuat
sehingga dapat melindungi bahan saat sterilisasi. Dipilih dengan warna kaca yang
transparan yaitu untuk mengetahui partikel yang berada pada sediaan karena pada
sediaan parenteral terutama obat suntik tidak boleh mengandung partikel
sehingga wadah transparran memudahkan konsumen untuh melihat isi sediaan. Wadah
dosis tunggal menunjukkan bahawa obat ini hanya sekali pakai dan tidak
berulang.
Proses
sterilisasi dipilih sterilisasi dengan uap/panas basah. Sterilisasi bertujuan
untuk menghilangkan semua bentuk mikroorganisme yang terdapat pada suatu obyek.
Sediaan injeksi harus memiliki nilai steril yang tepat tidak boleh kurang lebih
karena injeksi akan merobek jaringan kulit untuk dirobelk. Sterilisasi panas
basah atau uap akan menghasilkan tekanan dalam bejana pada suhu tinggi dan
waktu tertentu. Uap dibantu dengan tekanan akan masuk dalam sel dan
mendenaturasi dengan adanya koagulasi pada sel. Tekanan cairan sel yang rendah
akan berpindah ke yang tinggi dna mengakibatkan sel bakteri lisis atau pecah.
Sterilisasi ini cocok untuk sediaan dalam wadah gelas. Karena wadah gelas tidah
mudah pecah dan tekanan uapnya dapat menembus dinding kaca kemudian dengan
mudah membunuh bakteri dalam larutan. Selain itu larutan injeksi aminophyllin
tidak rusak oleh panas bertekanan ini. Setelah dilakukan sterilisasi, sediaan
ampul dilakukan pengujian. Uji kejernihan yang dilakukan di latar hitam dan
putih menunjukkan partikel hitam, partikel ini merupakan sisa oenyaringan
karboadsorben. Jika diketahui ada partikel maka dapat menyumbat pembuluh darah
sehingga jiak terdapat partikel sediaan dinyatakan tidak lolos uji. Uji pH
menunjukkan pH 7 yang sesuai dengan pH tubuh antara 6-7. Jika pH yang didapat
terlalu asam atau basa akan mengiritasi jaringan dan menyebakan rasa sakit
ketika obat diinjeksikan. Uji kebocoran menunjukkan kemampuan sediaan melalui
proses distribusi/pengedaran. Ketikan dimasukkan dalam metilen blue larutan
injeksi tidak terdapat bercak biru yang berarti ampul tidak bocor. Kebocoran
terjadi akibat pengelasan ampul yang belum sempurna ditambah proses streilisasi
uap bertekanan akan memecahkan ampul terutama ampul yang dalam wadah plastik
tidak ditat rapi sehingga memperbesar resiko berbenturan di dalam bejana. Uji
keseragaman volume tepat 2 mL seperti sediaan semula. Perbedaan keseragaman
volume dipengaruhi oleh prses pemipetan saat membaca skla spuit tidak sama pada
setipa mata dan proses sterilisasi akan menyababkan penguranagn volume akibat
pemanasan. Volume yang berbeda akan mempengaruhi dosis dan efek samping obat.
X.
Kesimpulan
1. Injeksi adalah
sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan,
emulsi, suspensi, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan
lebih dahulu sebelum digunakan
2. Sediaan injeksi
aminophylin dibuat dengan pencampuran teofilin dalam air dengan etilendiamin
sampai membentuk garam aminofilin.
3. Karboadsorben dapat
menyerap bakteri pirogen penyebab panas.
4. NaCl yang diperlukan
unttuk cairan yaitu
5. Pemilihan wadah yaitu
wadah kaca, transparan, dosis tunggal.
6. Sediaan dikatakan
tidak lulus untuk diproduksi karena hasil pengujian menunjukkan adanya partikel
dalam larutan aminofilin
XI. Daftar
Pustaka
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Anief, Moh., 2006, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM
Press,
Yogyakarta
Ansel, Howard C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,
Universitas
Indonesia, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar