Rabu, 19 Maret 2014

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM
TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%



Disusun Oleh :
Nama Mahasiswa
: Yuli Nur Aini
NIM
: 12.0243
Hari,Tanggal Praktikum
: Rabu,
Dosen Pembimbing
:






LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI
AKADEMI FARMASI THERESIANA
SEMARANG
2014

INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%

I.            Tujuan
1.      Mahasiswa mampu memahami tentang sediaan ijeksi
2.      Mahasiswa mampu membuat sediaan injeksi Aminophyllin
3.      Mahasiswa mampu menghitung tonisitas suatu larutan injeksi
4.      Mahasiswa mampu melakukan uji kualitas pada sediaan injeksi yaitu, uji derajat keasaman (pH), uji kebocoran, uji keberadaan partikel asing, uji kejernihan, dan uji keseragaman volume

II.         Dasar Teori
Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan. Syarat-syarat obat suntik yaitu, aman, harus jernih, tidak berwarna, sedapat mungkin isohidris, sedapat mungkin isotonis, harus steril, bebas pirogen (Anief, Moh, 2006).
Air yang digunakan untuk injeksi adalah Aqua pro Injectione. Air untuk injeksi, dibuat dengan menyuling kembali air suling segar dengan alat gelas netral atau wadah logam yang cocok dengan labu percik. Hasil sulingan pertama dibuang dan sulingan selanjutnya ditampung dan segera digunakan harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera ditampung. Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar selama 10 menit sambil dicegah hubungan dengan udara sesempurna mungkin, didinginkan dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut untuk injeksi, harus disterilkan dengan cara sterilisasi A, segera setelah diwadahkan (Anief, Moh, 2006).
Wadah obat suntik, termasuk tutupnya harus tidak berinteraksi dengan sediaan, baik secara fisik maupun kimia sehingga akan mengubah kekuatan dan efektivitasnya. Bila wadah dibuat dari gelas, maka gelas harus jernih dan tidak berwarna atau kekuningan, untuk memungkinkan memeriksa isinya. Jenis gelas yang susai dan dipilih untuk tiaqap sediaan parenteral biasanya dinyatakan dalam masing-masing monograf. Obat suntik ditempatkan di dlam wadah dosis tunggal atau wadah dosis berganda. Menurut definisi wadah dosis tunggal (Ansel, 1989).

III.      Alat dan Bahan
Alat :
1.      Autoklaf
2.      Glassware
3.      Beaker glass
4.      Gelas ukur
5.      Batang pengaduk
6.      Timbangan
7.      Kertas saring
8.      Corong kaca
9.      Ampul
10.  Api bunsen/lampu spiritus
11.  Crussentang
12.  Spuit
Bahan :
1.      Theophyllin
2.      Etilendiamin
3.      Aqua pro injection
4.      Karbo adsorben 0,1%


IV.      Pemerian
1.      Aminophyllin Injectio (Depkes RI, 1979)
Pemerian
:
Injeksi aminofilin adalah larutan steril aminofilin dalam air atau larutan steril teofilin dalam air untuk injeksi yang dibuat dengan penambahan etilendiamin. Tiap ml mengandung aminofilin setara dengan tidak kurang dari 93,0 % dan tidak lebih dari 107,9 % teofilin anhidrat , C7H8O6 dari jumlah yang tertera pada etiket. Injeksi aminofilin boleh mengandung etilendiamine berlebih, tidak boleh itambah zat lain untuk pengaturan pH
Kelarutan 
:
-
Kegunaan 
:
Antiasma dan bronchodilator
Wadah
:
Dalam wadah dosis tunggal bebas karbon  dioksida,dari kaca tipe 1, terlindung dari cahaya

2.      Etilendiamin (Depkes RI, 1979)
Pemerian
:
Cairan jernih tidak berwarna atau agak kuning, bau seoerti amoniak, bereaksi alkali kuat
Kelarutan
:
Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol
Kegunaan
:
Pelarut, pembentuk garam aminofilin
Wadah
:
Dalam wadah tertutup rapat

3.      Theophyllin (Depkes RI, 1979)
Pemerian
:
Serbuk hablur putih tidak berbau rasa pahit, stabil diudara
Kelarutan
:
Sukar larut dalam air, tetapi lebih mudah larut dalam air panas, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida dan dalam ammonium hiroksida, agak sukar larut dalam etanol, dalam kloroform dan eter
Kegunaan
:
Antiasma
Wadah
:
Dalam adah tertutup baik

4.      Aqua steril pro injection (Depkes RI, 1979)
Pemerian
:
Cairan , jernih, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan
:
-
Kegunaan
:
Cairan pembawa
Wadah
:
Dalam wadah dosis tunggal , dari kaca atau plastik, tidak lebih besar dari 1 liter. Wadah kaca sebaiknya dari kaca dari tipe I atau tipe II

5.      Karbo adsorben / Arang jerap (Depkes RI, 1979)
Pemerian
:
Serbuk halus, bebas dari butiran, hitam, tidak    berbau, tidak berasa
Kelarutan
:
Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
Kegunaan
:
Penyerap racun / kotoran
Wadah
:
Dalam wadah tertutup baik

6.      NaCl / Natrium Klorida (Depkes RI, 1979)
Pemerian
:
Hablur bentuk kubus, tidak berwana atau serbuk hablur putih rasa asin.
Kelarutan
:
Mudah larut dalam air,sedikit mudah larut dalam air mendidih,larut didalam gliserin, sukar larut dalam etanol.
Kegunaan
:
Larutan pengisotonis
Wadah
:
Dalam wadah tertutup baik

V.         Formula
Aminophyllin Injeksi 2,4%
R/  Theophyllin 2,4
      Etilendiamin 0,5
      Aqua p.i ad 100 ml

VI.      Perhitungan Bahan
1 kelompok 100 ampul (4 orang), maka 2 ml/ampul x 100 ampul = 200 ml larutan yang akan dibuat.
b2 = 0,576 ; b1 = 0,098
Bobot Aminophylin = 2,4 g + 0,5 g = 2,9 g
Perhitungan tonisitas Aminophyllin

Jumlah Bahan :
Overmat 10 %
= 200 ml + 20 ml = 220 ml
Theophyllin
=
Etilendiamin
=
NaCl
= 
Carbo adsorben
=
Aqua p.i
= add 220 ml

VII.   Cara Kerja dan Pengujian
a.       Cara Kerja
Dihitung tonisitas larutan dari formula tersebut
Dibuat aqua pro injection harus bebas CO2
Ditimbang Theophyllin 5,28 g kemudian dilarutkan Theopilin dengan sebagian aqua bebas CO2
Ditimbang Etilendiamin 1,1 g kemudian dilarutkan Etilendiamin dalam sebagian aquadest
Diteteskan larutan Etilendiamin pada larutan Theopilin tetes demi tetes hingga diperoleh larutan campuran yang jernih dan pH larutan antara 9,5-9,6
Digojok larutan dengan Karbo adsorben yang telah diaktifkan selama 5-10 menit, diamkan lalu saring dengan kertas saring hingga jernih
Dimasukkan larutan dalam ampul sesuai volume lalu tutup dengan pengelasan
Disterilkan sediaan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 20 menit
Setelah dingin lakukan pengujian dan beri etiket

b.      Cara Pengujian
1.      Uji pH larutan
Ambil 5 ml larutan aminophyllin
Masukkan pH indikator ke dalam larutan
Tulis hasil pH yang sudah dicocokan

2.      Uji kejernihan
Ambil 10 sediaan pada ampul
Letakkan di bawah lampu UV yang sudah dinyalakan pada latar hitam dan putih
Lihat keberadaan partikel di dalam larutan

3.      Uji kebocoran
Ambil 3-5 sediaan pada ampul
Diletakkan ampul di dalam zat warna (biru metilen 0,5 %-1 %) dalam ruangan vakum
Tekanan atmosfer berikutnya kemudian menyebabkan zat warna berpenetrasi kedalam lubang
Dilihat setelah bagian luar ampul dicuci untuk membersihkan zat warnanya

4.      Uji keseragaman volume
Ambil 10 sediaan ampul lalu ambil cairan di dalamnya dengan spuit
Amati jumlah cairan yang diambil pada spuit
Cara lain yaitu,
Letakkan ampul pada posisi yang sejajar
Ditarik dengan penggaris untuk melihat kesejajaran secara visual

VIII.                   Hasil Percobaan
No.
Pengujian
Nilai
1.
Uji pH
7
2.
Uji Kejenihan
Tidak jernih (terdapat partikel hitam)
3.
Uji Kebocoran
Tidak ada yang bocor
4.
Uji Keseragaman Volume
2 mL

IX.      Pembahasan
Injeksi aminophyllin 2,4% digunakan sebagai antiasma. Aminophyllin ini dibuat dalam bentuk injeksi bertujuan untuk meningkatkan bioavailabilitasnya sebagai antiasma sehingga berefek cepat jika digunakan secara parenteral dan tepat jika digunakan pada kasus serangan asma akut yang nantinya aminophyllin ini akan memberikan efek melebarkan saluran atau bronkodilator. Injeksi ini tidak dibuat langsung dengan bahan aktif aminophyllin melainkan theofilin dalam air yang ditambahkan etilendiamin. Pada sumber menyatakan bahwa sifat dari aminophyllin yang pada udara terbuka menyebabkan ketidakstabilan sehingga jika dibuat larutan sebagai injeksi aminophyllin akan mengubah bentuknya dan menyebakan penurunan efek obat padahal syarat dari sediaan injeksi adalah harus stabil. Oleh karena itu maka, dibuat theofilin dalam air dengan penambahan etilendiamin. Theofilin akan membentuk garam jika ditambahkan dengan etilendiamin, garam ini merupakan garam aminophyllin.
Pada proses pembuatan perlu diperhatikan bahwa produsen atau pembuat sediaan sebagai sumber kontaminan terbesar harus dalam kondisi steril untuk mengurangi jumlah mikroba. Jumlah pembuatan harus ditambahkan kurang lebih 10% untuk menghindari kehilangan hasil karena proses pembuatan. Pengerjaannya diawali dengan pembuatan larutan isotonis yaitu pembuatan NaCl sebagai senyawa pengisotonis dilarutakan dalam aqua pro injection. NaCl dikatakan sebagai senyawa pengisotonis karena memiliki titik beku yang sama dengan cairan tubuh (mata dan darah) sehingga penambahan NaCl pada larutan akan mengisotoniskan cairan larutan dengan cairan tubuh. Isotonis yang dimaksudkan adalah tekanan pada larutan sama dengan cairan tubuh sehingga keaadaan yang tidak diinginkan seperti hipotonis atau hipertonis tidak terjadi. Keadaan yang tidak diperbolehkan adalah hipotonis karena larutan memiliki tekanan yang lebih kecil dibanding cairan tubuh. Sesuai dengan tekanan osmosis, cairan dengan tekanan rendah akan tertarik/berpindah ke dalam cairan dengan tekanan tinggi dan menyebabkan sel akan membengkak lalu pecah (hemolisis). Keadaan hipotonis bersifat irreversible. Sedangkan hipertonis masih diperbolehkan karena hanya menyebabkan kulit/jaringan mengkerut karena cairan tubuh akan tertarik keluar dan keadaan ini bersifat reversible. Air untuk injeksi juga harus ditentukan yaitu air yang bebas CO2 alasannya untuk menjaga kestabilan sediaan injeksi aminophilin. Jika garam aminophylin yang nantinya terbentuk ditambahkan air biasa yang memiliki CO2 maka akan terjadi kerusakan sediaan karena aminofilin tidak stabil dengan adanya CO2. Selain itu air untuk injeksi yang bebas CO2 digunakan untuk mencegah adanya gelembung udara dari CO2. Jika gas CO2 masuk dalam pembuluh darah akan menyebabkan bengkak atau nekrosis (kerusakan jaringan). Air bebas CO2 dibuat dengan cara memenaskan aquadest selama 15 menit dan hindarkan air didihan untuk kontak secara sering dan langsung dengan udara kemudian biarkan air hingga dingin. Langkah selanjutnya yaitu melarutkan teofilin dengan aqua pro injection kemudian tambahkan etilendiamin tetes demi tetes hingga larutan jernih dan pH berkisar 9,5-9,6. Tujuan dari penambahan etilendiamin tiap tetes adalah memastikan terbentuknya garam aminofilin secara perlahan jika etilendiamin ditambahkan sekaligus, garam aminofilin tidak akan terbentuk sempurna sehingga efeknya juga akan berkurang. Selain itu etilendiamin juga membantu kelarutan dari teofilin yang sukar larut dalam air. Larutan tersebut memiliki pH basa karena etilendiamin bereaksi kuat dan pH 9,5 tersebut menunjukan reaksi bahwa garam aminofilin terbentuk. Setelah larutan menjadi jernih atau larut ditambahkan karbo adsorben yang diaktifkan selama 10 menit lalu saring hingga jernih. Perlakuan selama 10 menit ditujukan untuk menghilangkan H2O sehingga pori-pori dari parikel karbo adsorben akan terbuka lebar dan menjerat pirogen (zat dari m.o yang menyebabkan reaksi panas/demam). Pengaktifan yang baik seharusnya denngan pemanaan tetapi tidak dilakukan karena larutan berisi bahan aktif yang dapat menguap terutama setelah ditambah etielendiamin yang mudah menguap. Disamping kemampuannya menjerat pirogen, karboadsorben juga memiliki kekurangan antaralain, mengurangi kadar zat aktif karena sifat karboadsorben adalah menyerap jadi zat tidak dipungkiri jika zat aktif ikut terserap, meskipun disaring beberapa kali partikel karboadsorben masih terlihat sangat kecil dan kasat mata sedangkan bagi sediaan parenteral partikel sekecil apapun dapat menyumbat pembuluh darah. Larutan yang sudah jernih dimasukkan pada ampul tepat 2 mL kemudian ditutup dengan pengelasan. Setelahnya ampul ditata rapi dalam wadah plastik dan disterilisasi uap basah atau autoklav selama 20 menit pada suhu 121oC. Pemilihan wadah yaitu wadah yang berasal dari gelas dan transparan serta wadah dosis tunggal. Maksud dari wadah gelas yaitu gelas merupakan wadah yang tidak berpori sehingga kontaminan tidak memiliki kesempatan untuk menembus membran dari kaca dan menghindari cairan merembes dari wadah (bocor), wadah kaca juga inert atau tidak bereaksi dengan bahan aktif, wadah kaca juga mampu melindungi bahan dari temperature tinggi atau kuat sehingga dapat melindungi bahan saat sterilisasi. Dipilih dengan warna kaca yang transparan yaitu untuk mengetahui partikel yang berada pada sediaan karena pada sediaan parenteral terutama obat suntik tidak boleh mengandung partikel sehingga wadah transparran memudahkan konsumen untuh melihat isi sediaan. Wadah dosis tunggal menunjukkan bahawa obat ini hanya sekali pakai dan tidak berulang.
Proses sterilisasi dipilih sterilisasi dengan uap/panas basah. Sterilisasi bertujuan untuk menghilangkan semua bentuk mikroorganisme yang terdapat pada suatu obyek. Sediaan injeksi harus memiliki nilai steril yang tepat tidak boleh kurang lebih karena injeksi akan merobek jaringan kulit untuk dirobelk. Sterilisasi panas basah atau uap akan menghasilkan tekanan dalam bejana pada suhu tinggi dan waktu tertentu. Uap dibantu dengan tekanan akan masuk dalam sel dan mendenaturasi dengan adanya koagulasi pada sel. Tekanan cairan sel yang rendah akan berpindah ke yang tinggi dna mengakibatkan sel bakteri lisis atau pecah. Sterilisasi ini cocok untuk sediaan dalam wadah gelas. Karena wadah gelas tidah mudah pecah dan tekanan uapnya dapat menembus dinding kaca kemudian dengan mudah membunuh bakteri dalam larutan. Selain itu larutan injeksi aminophyllin tidak rusak oleh panas bertekanan ini. Setelah dilakukan sterilisasi, sediaan ampul dilakukan pengujian. Uji kejernihan yang dilakukan di latar hitam dan putih menunjukkan partikel hitam, partikel ini merupakan sisa oenyaringan karboadsorben. Jika diketahui ada partikel maka dapat menyumbat pembuluh darah sehingga jiak terdapat partikel sediaan dinyatakan tidak lolos uji. Uji pH menunjukkan pH 7 yang sesuai dengan pH tubuh antara 6-7. Jika pH yang didapat terlalu asam atau basa akan mengiritasi jaringan dan menyebakan rasa sakit ketika obat diinjeksikan. Uji kebocoran menunjukkan kemampuan sediaan melalui proses distribusi/pengedaran. Ketikan dimasukkan dalam metilen blue larutan injeksi tidak terdapat bercak biru yang berarti ampul tidak bocor. Kebocoran terjadi akibat pengelasan ampul yang belum sempurna ditambah proses streilisasi uap bertekanan akan memecahkan ampul terutama ampul yang dalam wadah plastik tidak ditat rapi sehingga memperbesar resiko berbenturan di dalam bejana. Uji keseragaman volume tepat 2 mL seperti sediaan semula. Perbedaan keseragaman volume dipengaruhi oleh prses pemipetan saat membaca skla spuit tidak sama pada setipa mata dan proses sterilisasi akan menyababkan penguranagn volume akibat pemanasan. Volume yang berbeda akan mempengaruhi dosis dan efek samping obat.

X.         Kesimpulan
1.      Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau melalui selaput lender. Injeksi dapat berupa larutan, emulsi, suspensi, atau serbuk steril yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan
2.      Sediaan injeksi aminophylin dibuat dengan pencampuran teofilin dalam air dengan etilendiamin sampai membentuk garam aminofilin.
3.      Karboadsorben dapat menyerap bakteri pirogen penyebab panas.
4.      NaCl yang diperlukan unttuk cairan yaitu
5.      Pemilihan wadah yaitu wadah kaca, transparan, dosis tunggal.
6.      Sediaan dikatakan tidak lulus untuk diproduksi karena hasil pengujian menunjukkan adanya partikel dalam larutan aminofilin

XI.      Daftar Pustaka
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
Anief, Moh., 2006, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, UGM Press,
Yogyakarta
Ansel, Howard C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi,
Universitas Indonesia, Jakarta





Tidak ada komentar:

Posting Komentar